GOOD WOMEN WILL GET GOOD MEN
Surah An Nuur 26
الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ أُولَئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
««•»»
الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ أُولَئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
««•»»
alkhabiitsaatu lilkhabiitsiina waalkhabiitsuuna lilkhabiitsaati waalththhayyibaatu lilththhayyibiina waalththhayyibuuna lilththhayyibaati ulaa-ika mubarrauuna mimmaa yaquuluuna lahum maghfiratun warizqun kariimun
««•»»
Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga) {1035}.
{1035} Ayat ini menunjukkan kesucian `Aisyah r.a. dan Shafwan dari segala tuduhan yang ditujukan kepada mereka. Rasulullah adalah orang yang paling baik Maka pastilah wanita yang baik pula yang menjadi istri beliau.
««•»»
Vicious women are for vicious men, and vicious men for vicious women. Good women are for good men, and good men for good women.1 These are absolved of what they say [about them].2 For them is forgiveness and a noble provision.
1. Or, ‘Vicious words (or deeds) come from vicious persons, and vicious persons are worthy of vicious words (or deeds). Good words (or deeds) come from good people, and good people are worthy of good words (or deeds).’ According to this interpretation, this verse is similar in meaning to 17:84. This interpretation is also supported by the last part of the verse: ‘They are absolved of what they say [about them].’ However in accordance with the translation given above, the meaning of the verse will be similar to verse 24:3, at the beginning of this sūrah.
2. That is, persons of good repute among the faithful stand legally absolved of any kind of allegations against them unless there is valid evidence to the contrary.
2. That is, persons of good repute among the faithful stand legally absolved of any kind of allegations against them unless there is valid evidence to the contrary.
««•»»
Tafsir Jalalain:
(Wanita-wanita yang keji) baik perbuatannya maupun perkataannya (adalah untuk laki-laki yang keji) pula (dan laki-laki yang keji) di antara manusia (adalah buat wanita-wanita yang keji pula) sebagaimana yang sebelumnya tadi (dan wanita-wanita yang baik) baik perbuatan maupun perkataannya (adalah untuk laki-laki yang baik) di antara manusia (dan laki-laki yang baik) di antara mereka (adalah untuk wanita-wanita yang baik pula) baik perbuatan maupun perkataannya.
Maksudnya, hal yang layak adalah orang yang keji berpasangan dengan orang yang keji, dan orang baik berpasangan dengan orang yang baik. (Mereka itu) yaitu kaum laki-laki yang baik dan kaum wanita yang baik, antara lain ialah Siti Aisyah dan Sofwan (bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka) yang keji dari kalangan kaum laki-laki dan wanita. (Bagi mereka) yakni laki-laki yang baik dan wanita yang baik itu (ampunan dan rezeki yang mulia) di surga.
Siti Aisyah merasa puas dan bangga dengan beberapa hal yang ia peroleh, antara lain, ia diciptakan dalam keadaan baik, dan dijanjikan mendapat ampunan dari Allah, serta diberi rezeki yang mulia.
Berangkat dari pemahaman di atas, tentu saja kita bertanya-tanya apakah yang dimaksud baik di sini? Atau keji? Apakah kita dapat menentukan sesuatu itu baik atau tidak baik? Kalau kita cermati, ayat di atas merupakan satu paket ayat yang bersambung ,tidak hanya putus pada kalimat “untuk wanita yang baik” tetapi masih berlanjut dengan bahasan tuduhan , juga ampunan. Artinya ayat ini sebenarnya diturunkan dalam konteks tertentu.
Maksudnya, hal yang layak adalah orang yang keji berpasangan dengan orang yang keji, dan orang baik berpasangan dengan orang yang baik. (Mereka itu) yaitu kaum laki-laki yang baik dan kaum wanita yang baik, antara lain ialah Siti Aisyah dan Sofwan (bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka) yang keji dari kalangan kaum laki-laki dan wanita. (Bagi mereka) yakni laki-laki yang baik dan wanita yang baik itu (ampunan dan rezeki yang mulia) di surga.
Siti Aisyah merasa puas dan bangga dengan beberapa hal yang ia peroleh, antara lain, ia diciptakan dalam keadaan baik, dan dijanjikan mendapat ampunan dari Allah, serta diberi rezeki yang mulia.
Berangkat dari pemahaman di atas, tentu saja kita bertanya-tanya apakah yang dimaksud baik di sini? Atau keji? Apakah kita dapat menentukan sesuatu itu baik atau tidak baik? Kalau kita cermati, ayat di atas merupakan satu paket ayat yang bersambung ,tidak hanya putus pada kalimat “untuk wanita yang baik” tetapi masih berlanjut dengan bahasan tuduhan , juga ampunan. Artinya ayat ini sebenarnya diturunkan dalam konteks tertentu.
Coba kita lihat konteks ayat ini turun (asbabun nuzul);
“Ayat ini diturunkan untuk menunjukkan kesucian ‘Aisyah ra. dan Shafwan bin al-Mu’attal ra. dari segala tuduhan yang ditujukan kepada mereka. Pernah suatu ketika dalam suatu perjalanan kembali dari ekspedisi penaklukan Bani Musthaliq,
‘Aisyah terpisah tanpa sengaja dari rombongan karena mencari kalungnya yang hilang dan kemudian diantarkan pulang oleh Shafwan yang juga tertinggal dari rombongan karena ada suatu keperluan. Kemudian ‘Aisyah naik ke untanya dan dikawal oleh Shafwan menyusul rombongan Rasulullah SAW dan para sahabat, akan tetapi rombongan tidak tersusul dan akhirnya mereka sampai di Madinah.
Peristiwa ini akhirnya menjadi fitnah di kalangan umat muslim kala itu karena terhasut oleh isu dari golongan Yahudi dan munafik jika telah terjadi apa-apa antara ‘Aisyah dan Shafwan.
Tetapi coba lihat konteksnya, di dalam Tafsir Ibnu Katsir jilid 6 Pustaka Imam Syafii halaman 32, dijelaskan bahwa yang dimaksud laki-laki yang baik dalam ayat ini adalah Rasulullah SAW sebagai manusia yang paling baik sedangkan wanita yang baiknya adalah Aisyah ra sebagai isteri Rasulullah SAW.
Abdurrahman bin Zaid bin Aslam pun menjelaskan bahwa yang dimaksud ayat ini adalah wanita yang jahat hanya pantas bagi laki-laki yang jahat dan laki-laki yang jahat hanya cocok bagi wanita yang jahat. Wanita yang baik hanya layak bagi laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik hanya patut bagi wanita yang baik.
Perhatikan! Hanya pantas, hanya cocok, hanya layak, hanya patut, ini tidak berarti wanita yang baik pasti akan mendapat laki-laki yang baik atau sebaliknya. Mau bukti?
Pasti semua kenal dengan Fir’aun.
"Sesungguhnya dia adalah orang yang sombong, salah seorang dari orang-orang yang melampaui batas." (QS. Ad Dukhaan:31).
Bahkan dengan beraninya, (Seraya) berkata:"Akulah tuhanmu yang paling tinggi".
(QS. An Naazi’at : 24).
Tapi coba perhatikan isterinya ! "Dan Allah membuat isteri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: "Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim."
(QS. At-Tahrim : 11)
Ternyata terbukti, seorang wanita yang baik belum tentu mendapat laki-laki yang baik, lalu perhatikan lagi contoh ini !
"Perhatikan bagaimana istri Nabi Luth dibinasakan, Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali isterinya; dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan)."
(QS.Al-A’raaf:83).
Waw, seorang Nabi mendapatkan istri yang demikian! Tidak hanya Nabi Luth yang dapat istri seperti itu, tapi juga Nabi Nuh !
"Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): "Masuklah ke dalam jahannam bersama orang-orang yang masuk (jahannam)".
(QS. At-Tahrim : 10)
Ternyata terbukti, seorang laki-laki yang baik belum tentu mendapat wanita yang baik!
Shalih atau tidaknya seseorang, baik atau tidaknya diri kita, itu urusan kita kepada Allah. Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintakan pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Tetapi jika kita mendapat pasangan yang tidak baik maka sangat mungkin itu adalah ujian dari Allah swt.
Di dalam Al-Qur’an pun disebutkan,
"Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara ISTERI-ISTERIMU dan ANAK-ANAKMU ada yang menjadi MUSUH bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(QS. At Taghaabun : 14)
Juga di dalam Al-Qur’an "Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: WANITA-WANITA, ANAK-ANAK, HARTA yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)"
(QS. Ali ‘Imran: 14)
Maka sangat baiklah jika kita berdoa. "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Al Furqaan : 74)
Hmmm, menarik bukan?
Bahkan di sekitar kita juga banyak contoh yang bisa kita saksikan. Ada wanita shalihah, malah mendapat laki-laki bermasalah. Ada laki-laki yang rajin ibadah, malah sering dikihianati wanita yang banyak berulah. Siapa menyangka, banyak orang beribadah berujung pada kekecewaan.
Karena mereka mempunyai tujuan, orientasi, motivasi, atau niat yang salah: shalat Dhuha agar menjadi kaya, sedekah agar mendapat gaji berlipat atau jadi orang shalih agar mendapat istri/suami shalih.
Padahal setiap shalatnya kita selalu bersumpah, dengan doa iftitah inna shalati wanusuki, wamahyaya, wamamati lillahirabbil’alamin (Sesungguhnya Shalatku, Ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan Semesta Alam).
Kesimpulan.
Bahwa segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya
(H.R. Bukhori No:01 dan Muslim No:1907).
Segala amal ibadah haruslah diniatkan hanya kepada Allah swt. sehingga mendapat balasan yang setimpal dari Allah swt. Allah menjanjikan balasan itu, tapi tidak selalu semua balasan akan kita terima di dunia ini. Orang-orang yang kecewa itu karena hanya berharap pada balasan yang langsung dia dapat di dunia.
Jadi, kalau mau rajin ibadah, ya beribadahlah karena Allah SWT. Kalau mau menjadi orang shalih, ya jadilah orang shalih karena Allah SWT. Kita tidak akan MERUGI apalagi KECEWA jika segala sesuatu dikerjakan dengan IKHLAS hanya karena Allah SWT, bukan karena wanita yang ingin dinikahi, atau dunia yang ingin dimiliki.
Pasti semua tahu, beginilah orang-orang shalih menerima balasannya.
"Tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal (saleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan"
(QS.Sabaâ:37)
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya {670}, di bawah mereka mengalir sungai- sungai di dalam syurga yang penuh kenikmatan.”
(QS. Yunus :9)
{670}.Maksudnya: diberi petunjuk oleh Allah untuk mengerjakan amal-amal yang menyampaikan surga.
"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik {839} dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
(QS.An-Nahl:97)
{839}. Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam
Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai
iman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar